SMPN 7 Purwakarta di Mata Seorang Alumni

Zulfikar Singadikerta
4 min readJun 28, 2021

--

gambar 1 : https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/40AD6214-2CF5-E011-9769-731A6E164F05

SMP Negeri 7 Purwakarta beralamat di Jl. Veteran №59 yang berada di jantung Kota Purwakarta. Lokasinya tidak jauh dari UPI Kampus Purwakarta, dan RSUD Bayu Asih. SMP Negeri 7 Purwakarta amat sangatlah unik, karena merupakan satu-satu nya SMP di Purwakarta yang memiliki jurusan-jurusan teknik (vocational/engineering). Hal ini dikarenakan pada dahulu kala SMPN 7 adalah STN (Sekolah Teknik Negeri) akan tetapi di tanggal 22 Desember 1994, Sekolah Teknik Negeri ini berganti nama menjadi SMP Negeri 7 Purwakarta, karena ST pada masa itu setara dengan jenjang SMP dan bukan SMA/SMK.

Tetapi karena basis nya adalah sekolah teknik, beberapa mata pelajaran tentang engineering seperti bangunan dan dekoratif, elektro/kelistrikan, serta administrasi niaga masih diterapkan di SMPN 7 Purwakarta. Maka dari itu, kelas-kelas di SMPN 7 Purwakarta terbagi ke dalam beberapa jurusan; kelas A,B, & C adalah jurusan teknik listrik (elektro), kelas D & E jurusan teknik bangunan, kelas F & G jurusan administrasi & tata niaga. Akan tetapi ketika pemerintah menghadirkan KURTILAS di tahun 2013, SMPN 7 Purwakarta pun seutuhnya menjadi SMPN pada umum nya, yang tidak lagi berbasis keteknikan.

Saya sendiri adalah alumni SMPN 7 Purwakarta yang masih merasakan sistem penjurusan-penjurusan ini. Kebetulan saya adalah anak kelas teknik kelistrikan. Berbeda dengan SMP lain di Purwakarta, SMPN 7 dahulu memiliki lab listrik dan lab bangunan. Satu hal yang masih saya ingat adalah praktik mendesain jalur rangkaian PCB yang lalu PCB tersebut dilarutkan dengan larutan kimia seperti; Hidrogen Peroksida, Hidrogen Klorida, serta Air mineral biasa (H2O). Kemudian ada pula praktik-praktik menyolder transistor, resistor, kabel ke PCB. Menurutku ini sangatlah unik, karena masuk SMPN 7 Purwakarta serasa masuk SMK. Di ranah teknik kelistrikan, kami diajari oleh guru-guru seperti ibu Ai Suheriah yang mengajari kami Matematika teknik, serta Pak Nasripan yang mengajari kami ranah praktis dari teknik elektro sederhana. Ajaran pak Naspiran soal ‘Transformer’ berhasil membuatku memicingkan mata saat pertama kali menonton film ‘Transformers’ nya Michael Bay, karena di benakku, Transformer adalah alat untuk mengatur voltase listrik sebelum di hantarkan ke SUTET, dan bukan robot-robot kendaraan yang hobi meledakan banyak hal.

Tak hanya itu, kami pun memiliki mata pelajaran khusus Fisika, karena sejatinya Fisika adalah akar dari engineering. Guru Fisika yang masih saya ingat ada Pak Suhara dan Pak Adam Baru. Teman-teman ku yang dari jurusan teknik bangunan, diajar oleh figur seperti Pak Zainal, Pak Iyan yang selalu membawa penggaris panjang untuk keperluan mengajar basic-practical side of civil engineering. Di jurusan tata niaga ada figur seperti Pak Tatang. Tentunya mereka, dan semua guru di SMPN 7 Purwakarta, adalah guru-guru keren yang berdedikasi, hanya saja murid-murid mereka yang bebal dan nakal (termasuk saya sendiri).

Berbeda dengan SMPN 1 Purwakarta (SMP favorit di Purwakarta) yang terkesan akademis, SMPN 7 kala itu memiliki overall vibe layaknya SMK pada umum nya. Jiwa-jiwa teknik bergelora di setiap muridnya, sampai-sampai kerap terjadi perkelahian dengan SMP lain, atau bahkan sesama murid SMPN 7 pada waktu itu. Tentunya sejak setelah saya lulus dari sana, keadaan SMPN 7 berangsur membaik dan menjadi lebih akademis.

Di SMPN 7 Purwakarta juga kami pun mulai mengenal banyak hal dari mulai dunia supporter (ada yang mendukung Pelita Jaya, Persib Bandung, maupun Persija Jakarta), geng motor, serta musik. Khusunya di ranah musik, eksplorasi musik ku dan teman-teman terjadi di masa-masa SMP ini. Kami yang pada waktu itu kerap mendengarkan lagu-lagu dari Naif, Nidji, Sheila on 7, Peterpan, mulai merambat ke genre pop-punk, punk, metal, emo dll. baik dalam dan luar negeri. Meski ada juga yang mulai mendengarkan K-Pop generasi II. Masing-masing dari teman-teman ku ada yang menemukan dan mendengarkan musisi/band seperti; Fall Out Boy, Angels and Airwaves, Killing Me Inside, The SIGIT, Turtles Jr., Rancid, The Clash, Misfits, Rocket Rockers, Alesana, Secondhand Serenade, Avenged Sevenfold, Muse, Alone At Last, The Upstairs, TVXQ dan SNSD.

Kami kerap mendengarkan lagu-lagu itu sembari hang-out di warung si Mba seberang SMP (warung itu sekarang menjadi Alfa Midi Veteran), di warnet (yang sekarang menjadi D-Sruput), dan di Sumur (Susu Murni Veteran). Anak-anak kelas ku khususnya, kami kerap kumpul di Sumur. Kami mendirikan komunitas sendiri bernama Barshe, dan membedakan tongkrongan dari mereka yang kerap jajan di warung si Mba. Anak jurusan niaga (kelas F & G) angkatanku pun kalau tidak salah memiliki tongkrongan sendiri di belakang SMP. Selain itu, kelas ku khususnya, pun memiliki spot belajar dan nongkrong yang asyik yakni dibawah pohon beringin legendaris yang besar dan rindang yang telah menjadi icon dari SMPN 7. Namun, sayang sekali pohon legendaris tersebut rubuh di tahun 2018. Padahal dahulu, sangat mengasyikan kelihatannya, membaca buku di bawah pohon rindang depan kelas sambil mendengarkan musik hasil download di 4shared atau BeeMP3.

Sebetulnya kalau boleh dibilang kelas ku memiliki paling banyak nerd (kutu buku) di angkatan. Karena memang mereka yang masuk jurusan teknik kelistrikan katanya adalah mereka yang di masa SD nya berprestasi. Teman-teman kelas ku banyak yang masuk ke SMAN 1 Purwakarta (SMA favorit) karena kepintarannya. Salah 4 (empat) dari orang-orang cerdas & rajin di kelas ku adalah Novia Hermayanti, Margi Asih, Ridha Shabrina, Nabilla Azzahra. Tentunya berbeda denganku yang masuk ke SMAN 1 Purwakarta karena memang beruntung saja, mengetahui aku cukup badung di masa SMP karena kerap bolos dan suka ikut berkelahi dengan SMP lain. Terlebih lagi keikutsertaanku di geng motor.

Teman-temanku yang lainnya kebanyakan masuk SMK, untuk meneruskan sisi keteknikan yang mereka dapat di masa SMP. Menurutku perubahan SMPN 7 yang berbasis teknik menjadi seperti SMP pada umum nya tidaklah salah, namun sisi engineering dari SMPN 7 Purwakarta merupakan nilai jual dan pembeda dari SMP ini, dan sangat disayangkan hal-hal keteknikan tadi dihilangkan demi keseragaman.

SMPN 7 yang kini tidak lagi teknik, betul-betul meninggalkan banyak sekali kesan. Meski kadang terlupakan sejenak, masa-masa yang dilalui di SMP ini tidak akan hilang di benak para alumninya.

P.S.: kepada anak-anak BARSHE – kelas A jurusan teknik kelistrikan 2010, semoga kalian bahagia dan sukses di manapun kalian berada.

--

--

Zulfikar Singadikerta
Zulfikar Singadikerta

Written by Zulfikar Singadikerta

A listener of Vampire Weekend & Red Velvet | A partisan of South Park | Dweller of Project (Engineering) Logistics

No responses yet